Matrix 9th


November 2012 – © Mheliya_sonelf

Happy Reading

*

□ This Part □

 

“Aiden..” suaranya nyaris seperti bisikan. Yoona tidak mampu menopang tubuhnya dia jatuh terduduk. Sementara Donghae hanya terdiam tidak bisa berbuat apa-apa. Keinginannya untuk memeluk gadis itu pupus melihat gadis itu begitu shok bertemu dengannya.

“maafkan aku Cal..”

“pergi!”

“ta..”

“PERGI DARI HADAPANKU SEKARANG!!!!” Donghae menghembuskan nafasnya. Berjalan meninggalkan Yoona yang masih terduduk. Tubuh gadis itu mulai bergetar. Dan kini terisak. Yoona menangis, membiarkan orang-orang yang lewat menatap aneh kearahnya.

“aku bodoh.. bodoh” Yoona memukul kepalanya. Kini pandangannya beralih pada perutnya. Perut yang masih mengecil namun didalamnya ada kehidupan. Yoona memandang nanar perutnya.

“kau.. ini semua karna kau.. aku hancur karna kau” Yoona memukuli perutnya. Sakit.. namun dia menahan semuanya. Tidak ada yang lebih sakit dari perasaannya. Tidak ada yang mengerti bagaimana perasaannya.

“aku membencimu.. kau..” pukulan berikutnya terhenti karna sebuah tangan menahan lengannya. Yoona menoleh mendapati Donghae yang menatap teduh kearahnya.

“kau boleh membenciku. Tapi jangan membenci anak kita”

“Pergi! Untuk apa kau masih disini. Untuk apa kau mencampuri urusanku! Pergi” Yoona mendorong tubuh Donghae hingga pria itu terjungkal kebelakang.

“aww” kepalanya terbentur bangku taman dibelakangnya. Donghae meringis. Yoona menghentikan kegiatannya. Dia menatap Donghae yang memegangi keningnya. Sedikit susah payah dia menghampiri Donghae.

“kau baik-baik saja” Yoona menarik tangan Donghae yang masih memegangi keningnya. Matanya membulat ketika melihat cairan merah mengucur dikening pria itu.

“astaga.. ayo kita ke Dokter”

*

Kim Heechul menggeram mengepalkan tangannya ketika mengetahui dari Jaejoong bahwa Jessica pergi Ke Jepang bersama dengan Donghae.

“Brengsek!!! Aku akan menghancurkannya sekarang!”

“Jessica pasti punya alasan mengapa dia pergi ke Jepang hyung”

“sudah.. aku benar-benar kehabisan kesabaran!” Heechul pergi meninggalkan Jaejoong yang masih menatapnya. Langkah pria itu benar-benar cepat dan terlihat beramarah.

“aku akan menyusulnya ke Jepang!”

*

Yoona menatap I-phonenya yang terus berdering. Nama yang sama sejak satu jam yang lalu terus terpampang dilayar itu. Yoona masih terdiam sambil memandang ruangan Dokter yang masih tertutup rapat. Kemudian dia menatap layar I-phonenya lagi.

“mengapa tidak diangkat?”

“eh?” Yoona menoleh kearah Donghae yang keluar ruangan Dokter dengan kepala yang diperban. Donghae tertawa melihat ekspresi kaget diwajah Yoona.

“hey.. angkatlah deringmu menganggu telingaku!” gerutu Donghae. Yoona segera mengangguk dan meraih I-phonenya. Dia menarik nafasnya pelan lalu mengangkat telfon itu.

Bip.

“ada apa ..”

“…”

“ah iya aku hampir lupa”

“….”

“baiklah aku akan segera kesana”

“…”

“tidak perlu.. aku bisa sendiri Lu”

“..”

Flip

Yoona menarik nafasnya pelan kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Donghae. Gadis itu nyaris terjungkal jika saja tangan kekar itu tidak menahannya. Bagaimana tidak, Donghae berdiri tepat dibelakang gadis itu.

“ah baiklah kurasa aku harus pergi” Yoona melepaskan tangan Donghae yang masih memegangi tubuhnya. Keduanya sama-sama tersadar dan saling menjauhkan diri. Yoona mulai melangkah menjauh meninggalkan Donghae yang menatap punggungnya. Sampai punggung itu menghilang dia  masih terus menatap jalan yang kini kosong. Dihembuskan nafasnya pelan.

‘apa aku sudah tidak memiliki kesempatan?’

*

Sooyoung mempoutkan bibirnya ketika melihat Changmin yang masih terus-terusan menatap bingkai foto Yoona saat masih usia remaja. Ada rasa kesal dihatinya namun dia masih bisa menahannya.

“ehm”

Changmin menoleh kearah gadis itu. namun dia kembali menatap foto Yoona. Sooyoung semakin mendengus kesal.

“kalau merindukannya. Hubungi saja dia!” gerutunya. Changmin menoleh menatap Sooyoung dengan wajah tanpa dosa.

“apakah harus?”

“hhh~” sooyoung menyerah. Bagaimanapun Changmin tidak akan pernah melihatnya. Bahkan tidak berkeinginan untuk mengetahui perasaanya.

“hubungi dia jika kau merindukannya Max”

“baiklah”

*

“Aiden kau kenapa?” pekik HyukJae dan Jessica bersamaan. Kedua orang itu menatap Donghae dengan tatapan :bagaimana-bisa-seperti-ini. Donghae menatap sekilas kearah mereka kemudian dia melangkah menuju kamarnya. Jessica dan Hyukjae hanya bisa terdiam tidak menghentikan sama sekali tindakan Donghae.

“kurasa ada yang tidak beres”

“benar juga Hyuk. Aku rasa dia habis bertemu dengan Calista. Kemudian mereka bertengkar. Lalu dia mengamuk dan membenturkan keningnya ketembok” ucap Jessica dengan wajah innocentnya.

Pletakk

Hyukjae memukul kepala gadis itu. aneh.. bagaimana bisa seorang seperti Jessica memiliki pikiran pendek seperti itu.

“Yaakkk mengapa kau memukulku!”

“dasar bodoh! Benar-benar bodoh!”

“hey.. siapa yang bodoh Monkey!!”

“Kau..” Jessica berlari meninggalkan HyukJae ditempat itu. pria itu mendengus kesal.

*

Luhan tersenyum manis melihat Yoona yang tiba mengenakan pakaian casual. Betapa dia sangat beruntung bisa mendapatkan gadis seperti itu.

“kau sudah lama?” Luhan menggeleng. Dia lantas menyuruh Yoona untuk duduk disebrangnya. Yoona tersenyum membalas senyuman manis Luhan. Ada sedikit getaran hatinya melihat pria itu selalu tersenyum untuknya.

“kau dari mana?” Yoona menelan salivanya perlahan. Lidahnya terasa kelu untuk berucap. Haruskah dia mengatakan bahwa ia bertemu dengan Donghae. Luhan menyadari ekspresi tegang Yoona segera menggenggam jemari gadis itu.

“sudahlah lagipula tidak penting” Luhan masih tersenyum manis menatapnya. Ooh Yoona kini benar-benar merasa bersalah. Dia seharusnya tidak melakukan ini. Ini sama saja dia menyakiti pria dihadapannya.

“maafkan aku” ucap Yoona lirih. Luhan lantas melepaskan genggaman tangannya. Dia menatap Yoona begitu intens.

“untuk?”

“Ini sulit Lu.. aku.. aku belum bisa melupakannya”

“aku akan tetap menunggumu sampai kau benar-benar siap menerimaku Cal.. aku siap” Luhan mengangguk. Dia berusaha meyakinkan gadis dihadapannya bahwa dialah yang terbaik untuknya. Yoona hanya terdiam. Matanya menatap kosong kearah café itu.

*

“siapa Lu? Apa dia calon suami Calista? Ya Tuhan aku benar-benar gila!!” Donghae menatap Kosong langit-langit kamarnya. Sesekali dipejamkan mata teduh itu namun nyatanya sulit. Mata itu kembali terbuka. Perasaannya kalut. Donghae benar-benar putus asa harus bagaimana dia sekarang.

*

Yoona kembali berjalan melewati taman. Pagi ini entah mengapa suasana hatinya benar-benar berbeda. Dia seperti kehilangan dirinya sendiri. Yoona tersenyum ketika berpapasan dengan beberapa orang yang lewat. Langkahnya terhenti ketika melihat dua sosok yang dia kenal baik. Sontak dia memegangi dadanya yang terasa sesak. Dia ingin pergi dari tempat itu tetapi kakinya terasa berat untuk melangkah.

“mereka datang bersama” gumamnya. Kini matanya memerah melihat kedua orang itu sedang tertawa bersama. Menikmati suasana pagi yang segar bersama. Sesekali tangan lelaki itu menyentuh puncak kepala sang gadis sehingga gadis itu memejamkan matanya dengan nyaman. Yoona menggeleng. Tidak.. dia tidak bisa terus-terusan berada disini. Yoona terus melangkah pelan berjalan dengan wajah tertunduk.

Brukkk

Tubuhnya terhempas jauh ketika menabrak seseorang. Dengan ragu dia mendongakkan kepalanya. Keningnya berkerut menatap seseorang dihadapannya.

“Calista?” orang itu lantas menarik pergelangan tangan Yoona untuk membantunya berdiri.

“Kau?” pria itu tersenyum dengan menunjukkan gummy smilenya. Yoona tersenyum tipis lantas membersihkan tubuhnya yang sedikit terkena debu.

“bagaimana kabarmu?”

“seperti yang kau lihat. Aku baik” pria itu tertawa.

“kau tidak menanyakan kabarku?”

“apa itu harus?”

“haha kau ini” HyukJae pria itu terus tertawa. Membuat Yoona sedikit jengkel. Dengan sigap dia berbalik berjalan meninggalkan pria itu yang masih tertawa. Merasa keadaan sunyi HyukJae berhenti tertawa dan mendapati Yoona sudah tidak berada dihadapannya.

“Calista.. Hey”

*

Heechul menarik nafas kasar. Kini kakinya telah berpijak di Negara yang terkenal dengan julukan Negara Matahari Terbit. Tidak ada seseorang disampingnya. Karena memang dia memutuskan untuk melakukan ini sendirian. Dengan cepat dia memakai kaca mata hitamnya dan menarik kopernya meninggalkan bandara.

*

“dari mana saja kalian?” HyukJae menatap tajam kedua sahabatnya yang baru saja tiba dengan wajah yang sumringah. Donghae dan Jessica lantas menghentikan langkahnya menatap HyukJae yang terlihat aneh.

“dari taman. Kami baru saja selesai Jogging. Ada apa?” HyukJae menggeleng.

“Jogging? Mengapa kalian tidak mengajakku?”

“kau belum bangun tadi Hyuk” Jawab Jessica enteng. Dia berjalan menuju dapur untuk mengambil air.

“selama ini? Jogging selama ini? Aish” HyukJae mengacak rambutnya frustasi. Donghae semakin tidak mengerti dengan tingkah sahabatnya itu. dia lalu berjalan keruang tamu untuk sekedar membaringkan tubuhnya dan melemaskan kakinya yang terasa ingin patah.

“ada apa denganmu? Kami tadi sekalian sarapan”

“jawab aku. kau masih mencintai Jessica?” Donghae membulatkan matanya. Aneh. Mengapa tiba-tiba HyukJae menanyakan perasaannya pada Jessica. Sedetik kemudian dia menggeleng.

“Kau yakin?”

“hey. Sebenarnya apa yang terjadi?”

“aku melihat kalian sangat mesra. Tapi tidak hanya itu..”

Donghae semakin menatap tajam sahabatnya. HyukJae yang menyadari tatapan Donghae segera berbalik menatapnya.

“hentikan tatapanmu. Tidak jauh dari taman itu.. aku melihat Calista. Ya dia menatap kosong kearah kalian berdua”

Deg

Donghae memegangi dadanya yang terasa sesak. Apa yang HyukJae katakan? Melihat Calista? Saat dia bersama dengan Jessica?

“tatapan mata yang sulit diartikan. Jadi katakan padaku, apa kau masih mencintai Jessica?” Donghae menundukkan kepalanya. Bohong.. bohong jika dia mengatakan perasaannya sudah sepenuhnya berubah. Tapi meskipun ada sedikit celah perasaannya untuk Jessica. Apa itu masih disebut cinta?

“jika kau masih mencintai Jessica. Lebih baik kita kembali ke Seoul saja. Lupakan tujuanmu kembali membawa Calista. Dia sudah bahagia Aiden” Donghae mengepalkan tangannya. Apa maksud ucapan sahabatnya? Bukankah dari awal dia sudah mendukung rencana mereka untuk membawa pulang kembali Calista.

*

Heechul membulatkan matanya ketika menangkap sosok gadis yang dikenalnya. Gadis yang sangat dibencinya. Ya.. dia membenci gadis itu. dengan sigap dia berjalan mendekati gadis itu dan berjalan dibelakang gadis itu. menyadari ada yang mengikutinya gadis itu lantas berbalik dan menatap pria dihadapannya.

“Kau?!” Heechul tersenyum nanar menatap wajah shok Yoona. Dia tahu gadis itu akan menunjukkan ekspresi seperti itu.

“kau mengingatku?” Yoona lekas memundurkan langkahnya. Menjauh dari tubuh pria itu. tapi Heechul terus berjalan mendekatinya.

“tentu saja. Aku mengingat jelas wajahmu! Dan menjauh dariku sekarang!!” pekik Yoona. Heechul semakin tersenyum dan mempercepat langkahnya mendekati Yoona.

Bukk

Tubuh Yoona membentur tembok dibelakangnya. Gadis itu meringis sakit. Tapi Heechul tidak mempedulikannya.

“Kau yang membuatku kehilangan Victoria. Kau yang membuatku kehilangan Qiannie-ku” teriak Heechul. Tidak ada yang bisa mendengar teriakannya karena merekan telah berada disebuah lorong sepi. Yoona memejamkan matanya mendengar teriakan Heechul yang memekakkan telinganya.

“Kau yang menghianati Kakakku. Kau yang membuatnya pergi Kim Heechul. Terima itu!!!” balas Yoona. Heechul menggeram. Tangannya semakin kuat mengepal. Dengan sigap dia menarik tangannya dan mulai melayangkan tangannya diudara. Yoona yang melihat itu segera memejamkan matanya. Perasaan takut dan kesal bercampur dihadapannya.

Plakkk

Tamparan keras Heechul mendarat mulus dipipi Yoona. Hal itu tentu saja membuat gadis itu meringis dan memegang pipinya yang memerah. Tidak hanya pipinya. Bahkan sudut bibir mungilnya pun terluka.

“Jaga ucapanmu Nona Im. Atau kau akan mendapatkan ini lagi dipipimu yang sebelah” Heechul mengepalkan tangannya mengancam Yoona.

“arrggh” Heechul menghempaskan tubuh Yoona hingga gadis itu terjatuh. Meninggalkan Yoona yang masih terduduk lemah.

*

Gadis itu melihatnya? Melihat dia bersama dengan Jessica. Donghae mengacak pelan rambutnya. Dia berjalan gontai. Langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang baru saja dia pikirkan sedang berjalan dengan tatapan mata yang kosong sambil memegangi pipinya. Dengan berlari kecil dia menghampiri gadis itu lalu menepuk pundaknya.

“Calista” Yoona lekas membalik. Matanya terpejam sambil terus menggeleng.

“jangan dekati aku.. tidak .. hentikan” Yoona menutup telinganya. Donghae mengernyit heran. Apa yang terjadi dengan gadis itu?

Donghae memegang pelan kedua bahu gadis itu.

“hey ini aku” bisik Donghae. Yoona menatap ragu orang dihadapannya. Matanya berbinar ketika melihat Donghae yang tersenyum padanya.

“Aiden”

Greepp

Yoona memeluk erat tubuh Donghae membuat pria itu terkejut.

“a..aku ta..kut” ucapnya lirih. Donghae mengelus pelan rambut Yoona.

“ada apa? Jawab aku Cal?” hening. Tidak ada jawaban. Baru saja Donghae ingin mengelus rambut Yoona lagi. Tubuh gadis itu lantas mendorongnya.

“maaf” Yoona membungkukkan badannya dan lekas berbalik meninggalkan Donghae. Gadis itu berlari secepat mungkin. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

*

“wajahmu kenapa Cal?” Luhan memegang sudut bibir calon istrinya. Yoona melepaskan tangan Luhan dari wajahnya dan menundukkan wajahnya.

“tidak apa. Aku hanya terbentur tadi. Hanya luka kecil. Ya luka kecil” Yoona  mengangguk. Luhan mengernyitkan dahinya bingung.

“benarkah?”

“kau tidak mempercayaiku? Yasudah?” Yoona memajukan bibirnya dan meninggalkan Luhan sendirian.

“hey kau mau kemana?”

“kamar. Habis calon suamiku sendiri tidak mempercayaiku”

Blush

Pipi Luhan memerah. Mendengar Yoona mengucapkan kata ‘calon suami’ dia merasa begitu dianggap oleh Yoona. Dia lekas berdiri dan mengejar Yoona.

“tunggu. Maafkan aku Calista” Luhan menarik pergelangan tangan gadis itu. lalu memeluk tubuh Yoona. Meletakkan kepala Yoona tepat didadanya meski tinggi mereka terpaut tidak terlalu jauh.

Deg Deg

Yoona tersenyum tipis mendengar suara detak jantung Luhan yang berdetak tidak stabil. Dia lantas lebih mengeratkan pelukan pria itu. untuk sejenak dia ingin menghapus ketakutan yang baru saja dialaminya. Luhan.. hanya pria itu yang bisa membuatnya tenang. Selain Donghae tentunya.

*

“Kenapa kau disini?!” pekik Jessica. Dia tidak habis fikir bisa bertemu dengan calon suaminya di Jepang. Heechul tertawa melihat Jessica yang marah-marah padanya.

“aku ingin menyusulmu, kenapa? Tidak boleh?” Jeesica menggeleng. Bukan.. bukan karna dia melarangnya. Selain menemani Donghae membawa Yoona kembali. Jessica pergi ke Jepang untuk meyakinkan hatinya pada pria dihadapannya. Namun pria itu sekarang muncul dihadapannya.

“astaga Kim Heechul. Kau membuatku gila!!!!” pekiknya sambil mengacak rambutnya. Jessica melangkah cepat meninggalkan Heechul.

“dimana kau tinggal” langkah itu terhenti. Jeesica menjawab tanpa berbalik badan.

“bersama kedua sahabatku”

“Apa!! Hanya kau wanitanya. Aih Nyonya Jung. Dimana otakmu?” Jessica menunjuk kepalanya.

“jelas disini. Apa tidak terlihat. Dasar bodoh” Heechul mensejajarkan langkahnya dengan Jessica.

“bolehkah aku ikut tinggal bersamamu?” Jessica melototkan matanya.

“Apa? Tidak!!!”

“kenapa?”

“itu milik Aiden. Kau tidak boleh seenaknya tinggal disana”

“dasar pelit”

“kau…aish baiklah ayo”

“terima kasih!”

*

“halo”

“ada apa?” Yoona menarik nafasnya pelan.

“Ini aku Cal. Soo”

“ya aku tau, ada apa?”

“Max.. Max dia diopname. Dia terus memanggil namamu Cal. Aku tidak tau harus bagaimana”

Deg

Yoona nyaris limbung. Apalagi ini? Sahabat yang sangat berarti baginya dirawat? Apa yang harus dia lakukan?

“Calista”

“ya.. akan kuusahakan untuk kembali ke Seoul”

“terima kasih Cal”

Flip

Yoona mematikan handphonenya. Memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Bagaimana bisa dia kembali Ke Seoul lagi?

“Luhan.. ya hanya dia yang bisa membantuku”

*

“TIDAKK!!” ucap Donghae dan HyukJae kompak. Jessica menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sudah dia duga. Donghae pasti tidak mengijinkannya.

“Pelit sekali kalian. Bagaimana pun aku ini Calon suami Jessica. Aku ingin menjaganya” Donghae menghela nafasnya.

“baiklah.. kau boleh tinggal disini”

“wooah Terima kasih Aiden” Jessica memeluk Donghae. Donghae membalas pelukannya.

“ehm”

“ah ye maaf”

*

“Kau ingin Ke Seoul?” Luhan menatap Yoona lekat-lekat. Gadis itu mengangguk sambil memegang erat handphonenya.

“tapi ke-”

“Max.. sahabatku mengalami kecelakaan. Dia dirawat aku harus menemuinya” Luhan menghembuskan nafasnya. Dia tidak bisa untuk berkata tidak pada Yoona. Dengan senyum manisnya dia pun mengangguk.

“benarkah? Ah terima kasih Luhan”

“tentu saja. Apapun akan kulakukan untukmu”

*

Donghae berdiri didepan sebuah rumah megah. Keringat dingin memenuhi dahinya. Tangannya gemetaran dengan perlahan dia menekan bel rumah.

Ting~Tong

Gadis itu berlari kecil menuruni tangga rumahnya. Dibuka pintu rumahnya yang membesar dan dia nyaris terjatuh ketika mengetahui siapa yang berada didepan pintu rumahnya.

“Aiden”

TBC

LOHALOHALO

Semakin tidak jelas alurnya..

Maaf kalo part ini membosankan.

Maaf untuk kependekan dan maaf untuk typonya

*authormintamaafterusnih

Oke sampai disini dulu

BYE BYE

YOONHAE JJANG !!!